Senin, 17 September 2012

EVALUASI LEMBAGA KONSERVASI DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2012


Kegiatan evaluasi terhadap lembaga konservasi di Provinsi Lampung khususnya di Taman Satwa Bumi Kedaton dan Lembah Hijau difokuskan pada beberapa hal yang menjadi kriteria lembaga konservasi antara lain :
1.      Administrasi dan Fasilitas Pengelolaan
2.      Pengelolaan Satwa
3.      Kesehatan Satwa
4.      Fasilitas Pengunjung
5.      Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi
6.      Sumber Daya Manusia
7.      Sustainability

Berdasarkan evaluasi petugas terhadap beberapa unsur atau kriteria tersebut di atas yang ada di lembaga konservasi taman satwa Bumi Kedaton dan Lembah Hijau diperoleh beberapa fakta sebagai berikut :

1.      Administrasi dan Fasilitas Pengelolaan
Kelengkapan administrasi di taman satwa Bumi Kedaton yang meliputi Rencana Karya Pengelolaan (RKP), Rencana Kerja Lima tahunan (RKL) dan Rencana Kerja Tahunan (RKP) masih dalam bentuk draft. Sedangkan laporan perkembangan populasi koleksi tumbuhan dan satwa liar yang dibuat setiap periode bulanan dan triwulan sudah ada dan lengkap dibuat, yang disampaikan secara rutin tembusannya kepada Balai KSDA Lampung. Ruangan kantor dan perlengkapan kantor sudah ada tetapi perlu dilakukan perbaikan serta peningkatan  fasilitas agar memenuhi standar untuk mendukung pengeloloaan lembaga konservasi yang lebih baik dan lancar.

Data koleksi satwa seperti buku induk / log book dan buku mutasi untuk semua jenis belum ada, satwa-satwa juga belum ada penandaan sehingga menjadi focus petugas untuk memberikan masukan kepada pihak pengelola agar segera menjadi perhatian. Meskipun demikian, catatan harian atau diistilahkan oleh pihak pengelola adalah rekam medis harian selalu ada tentang satwa yang sakit, mati dan melahirkan.

2.      Pengelolaan Satwa
Pengelolaan satwa terutama terkait pakan dan minuman sudah terjadwal dengan baik yaitu untuk semua mamalia diberi makan 2 (dua) kali sehari, dapur dan gudang pakan sudah ada tetapi belum memenuhi standar. Sedangkan upaya pengembangbiakan / breeding terkontrol yang sudah berhasil dilakukan  adalah jenis Burung Merak. Untuk kandang satwa atau kesesuaian exhibit untuk keamanan satwa cukup aman tetapi belum ada upaya pengayaan terutama terhadap jenis burung dan primata.

3.      Kesehatan Satwa
Fasilitas penunjang kesehatan satwa sebagai pendukung kesejahteraan satwa (animal welfare) seperti kantor kesehatan sudah ada tetapi bergabung dengan administrasi umum, karantina satwa ada bersifat situasional, kelengkapan alat dan obat standar ada memenuhi standar minimum. Adanya fasilitas penunjang yang standar minimum berdampak pada rata-rata mortalitas satwa per tahun yaitu 11-20%.

4.      Fasilitas Pengunjung
Fasilitas pengunjung merupakan bagian lain yang tak terpisahkan dalam pengelolaan lembaga konservasi. Tingginya antusias masyarakat yang akan berkunjung ke taman satwa perlu dipersiapkan sehingga tidak mengganggu satwa terkait kunjungan masyarakat yaitu adanya tempat parkir, loket, tata letak exhibit, sarana dan prasarana pengunjung, pelayanan secara umum, fasilitas untuk pencegahan resiko kecelakaan. Untuk tempat parkir sudah cukup baik dan bisa menampung kendaraan pengunjung roda dua maupun roda empat pada kondisi ramai. Begitu pun dengan fasilitas loket sudah memadai untuk melayani pengunjung pada saat ramai sehingga tidak menimbulkan antrian pengunjung di pintu masuk. Barier kandang exhibit baik dan cukup aman namun untuk kebersihan dan site plan kurang memuaskan sehingga perlu ada peningkatan dari pihak pengelola di bagian tersebut. Toilet, kantin/restoran tersedia cukup memadai namun untuk sarana prasarana sebagai informasi dan edukasi, tanda dan penunjuk arah, shelter, tempat duduk pengunjung belum memadai. Fasilitas lain yang dibangun sebagai sarana rekreasi bagi pengunjung adalah waterboom, kolam renang dan villa.

5.      Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi
Kehadiran 2 (dua) lembaga konservasi di Provinsi Lampung ini telah memberdayakan masyarakat sekitar sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakat yakni diterima sebagai karyawan, kerjasama dalam pengadaan pakan satwa, pengelolaan parkir dan sebagainya. Namun kontribusi untuk konservasi secara langsung belum ada meskipun demikian dengan adanya pemberdayaan masyarakat sekitar secara tidak langsung telah memberikan kontribusi untuk pembangunan konservasi.

6.      Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada di taman satwa Bumi Kedaton maupun Lembah Hijau umumnya lebih banyak menangani masalah wisata sedangkan tenaga profesional yang khusus menangani satwa belum memadai dan belum sesuai kriteria / ketentuan yang disyaratkan seperti dokter hewan, tenaga perawat/pemelihara (animal keeper) sesuai kebutuhan. Namun beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak pengelola antara lain melakukan study banding ke beberapa kebun binatang sebagai pembanding untuk pengelolaan yang lebih baik di masa yang akan datang, mengikuti pelatihan animal keeper yang diselenggarakan oleh kementerian kehutanan maupun Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI).

7.      Sustainability
Keberadaan 2 (dua) taman satwa di Provinsi Lampung saat ini cukup baik selain memiliki fungsi utama untuk pengembangbiakan terkontrol dan/atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya, juga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Masyarakat Provinsi Lampung saat ini telah menjadikan kedua tempat ini sebagai pilihan utama untuk kegiatan rekreasi dan pengunjung setiap tahun terus mengalami peningkatan sehingga keberlanjutan taman satwa ini cukup baik.

Minggu, 02 September 2012

TEKNIK PENANGKARAN ULAR SANCA BATIK (Python Reticulatus)



I.              PENDAHULUAN

 

1.1         Latar Belakang

Ular Sanca Kembang atau Sanca Batik adalah sejenis ular tak berbisa yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter, lebih panjang dari anakonda (Eunectes) yang merupakan ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca, ular sawah, sawah-n-etem (Simeulue), ular petola (Ambon) dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau sering kali disingkat retics.

 

Ular Sanca Batik (Python reticulatus) merupakan salah satu satwa liar yang bermanfaat selain sebagai penyeimbang ekosistem, juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat khusunya pelaku usaha untuk memenuhi beberapa kebutuhan antara lain sebagai bahan baku tas, dompet, ikat pinggang dan cinderamata ataupun untuk koleksi dan atraksi / peragaan dalam berbagai acara atau peristiwa (event).

 

Dengan demikian Ular Sanca Batik (Python reticulatus) banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik, tercatat lebih dari 500.000 potong kulit (ekor) Ular Sanca Batik (Python reticulatus) diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatera dan Kalimantan.

Jumlah tersebut semuanya adalah hasil tangkapan dari alam dengan sistem kuota yang direkomendasikan oleh LIPI yang kemudian dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan RI.

Meskipun system kuota yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan RI ata rekomendasi LIPI, lama kelamaan tentunya akan sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam.

Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular Sancar Batik belum dilindungi undang-undang namun CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.

 

Banyaknya kebutuhan yang menggunakan Ular Sanca Batik  (Python reticulatus) ini membuat keberadaan satwa tersebut terancam kelestariannya, sehingga diperlukan langkah-langkah yang bijak dalam memanfaatkannya dan salah satu caranya adalah melalui penangkaran untuk mengurangi ketergantungan pemanfaatan satwa tersebut dari alam.

 

Untuk mewujudkan upaya penangkaran Ular Sanca Batik (Python reticulatus), diperlukan teknik yang tepat agar pengelolannya dapat berhasil dengan baik dan memenuhi harapan yakni pemanfaatan khusunya yang bersifat komersial dapat berasal dari hasil penangkaran bukan dari alam agar terwujudnya pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan.

 

1.2         Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai teknik-teknik penangkaran ular sanca Batik (Python reticulatus) agar dapat digunakan sebagai pengetahuan dasar atau acuan dalam menangkarkan ular sanca Batik (Python reticulatus).

 

1.3         Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan ini adalah terbatas pada teknik-teknik yang diperlukan dalam penangkaran ular Sanca Batik (Python reticulatus) untuk mendukung keberhasilan kegiatan penangkaran satwa tersebut.

 

II.            TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Ciri Fisik
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar, warnanya unik menyerupai batik yang berkembang dan terutama keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, khususnya Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaya ada 5 (lima) spesies yaitu 3 (tiga) spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular Sanca Darah (Python curtus, Python brongersmai dan Python breitensteini). Sedangkan dua spesies yang lainnya bertubuh relatif panjang, pejal berotot yaitu Python molurus (Sanca Bodo) dan Python reticulatus (Sanca Batik), di mana kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa.

Python molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari Python reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara simetris dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.

Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret, sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lubang sensorik panas (heat sensor pits) yang dalam (Tweedie 1983).

2.2         Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
:
Filum
:
Kelas
:
Ordo
:
Upaordo
:
Famili
:
Genus
:
Spesies
:
Python reticulatus
Python reticulatus (Schneider, 1801)

Nama daerah dari jenis ular ini bermacam-macam antara lain ular sawah, ular rawa, sanca batik dan sanca kembang.

Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain P.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah P.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan P.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar dan kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan.

2.3         Biologi dan Sebarannya
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) termasuk ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guinness Book of World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang memiliki panjang 32 kaki 9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson 1997), namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter, sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg. Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.

Ular Sanca Batik betina memiliki sepasang ovarium dan oviduk sebagai saluran reproduksinya. Pada ular sanca jantan memiliki sepasang testes, tubuli seminiferi sebagai saluran reproduksinya dan sepasang hemipenis sebagai alat kopulasinya. Sedangkan kloaka, merupakan pintu dari tiga saluran yaitu pencernaan, eksresi dan reproduksi. Musim kawin berlangsung antara bulan September hingga Maret dan proses perkawinan pada ular sanca batik dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode yaitu pengamatan ukuran spurs, ketebalan ekor dan dengan probing.

Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin, namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei (Shine et al. 1999).

Dewasa kelamin pada ular sanca pada umur antara 2-4 tahun dengan panjang tubuh pada jantan 2,0-2,5 meter pada jantan dan 3,0 meter pada betina. Ular jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, bahkan ular betina akan melanjutkan puasa hingga bertelur dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999).

Perilaku gelisah dan menolak makan merupakan gambaran ular betina yang sedang berahi atau siap kawin. Adapun fase perilaku kawin pada ular antara lain yaitu fase pengejaran, fase pencarian ekor, fase penjajaran dan fase intromisi. Ular sanca bunting selama 4,5 bulan dan selama masa kebuntingan, induk ular akan mencari lokasi sarang yang cocok dan optimal untuk perkembangan telur-telurnya.
Jumlah telur Ular Sanca Batik sekali bertelur antara 10 hingga 100 butir, telur-telur ini dierami pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular sanca betina akan melingkari telur-telurnya sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Ylar sanca betina akan menjaga telur-telurnya dari pemangsa hingga menetas, namun begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.

Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara mulai dari Kepulauan Nikobar, Burma hingga ke Indochina, ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997).

2.4         Habitat dan Makanan
Ular Sanca Batik atau Sanca Kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembab (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam, sawah dan rawa.

Ular Sanca Batik sering dijumpai masuk ke dalam rumah atau pekarangan warga karena habitat ular ini termasuk sangat felksibel. Ular Sanca Batik bisa hidup di dalam hutan hujan yang rimbun, semak belukar, padang rumput dan bahkan gorong-gorong saluran air dekat pemukiman manusia dan seringkali ditemukan dekat sumber air. Pada dasarnya Ular Sanca Batik menyukai tempat yang hangat namun memiliki tingkat kelembaban tinggi, oleh karena itu Ular Sanca Batik seringkali masuk ke rumah manusia karena banyak tempat yang disenangi.

Ular Sanca Batik (Python reticulatus)  termasuk pemakan segala yakni mulai dari tikus, kelinci, marmut, ayam, bahkan daging sapi pun bisa jadi menu makannya. Makanan Ular Sanca Batik pada ukuran normal utamanya adalah mamalia kecil seperti tikus, reptilia lainnya seperti biawak, kodok, kadal dan ikan serta jenis burung. Sedangkan ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu dari pada aktif berburu, kemungkinan karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.

Penanganan pakan di penangkaran terutama untuk Ular Sanca Batik (Python reticulatus) yang masih kecil (baby) bisa langsung diberi makan tikus mencit yang masih muda (jumper), namun jangan terlalu banyak memberikan makan ketika masih kecil (baby), sebab dikhawatirkan akan muntah. Pemberian pakan dalam intensitas sering dan kuantitas yang banyak hanya akan membuat Ular Sanca Batik (Python reticulatus) menjadi cepat besar. Pakan untuk Sanca Batik (Python reticulatus) yang besar di atas satu meter bisa diberikan rat atau marmot, sedangkan untuk Sanca Batik (Python reticulatus) yang sudah masuk ukuran 3 meter ke atas berikan pakan berupa ayam atau kelinci.

Ular Sanca Batik atau hampir semua ular, saat makan tidak dikunyah dengan gigi melainkan ditelan seutuhnya sehingga gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas, kemudian mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan nafas, beberapa tulang di lingkar dada dan pinggul dari satwa mangsa akan patah, kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.

Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan bertahan tidak makan untuk beberapa hari hingga beberapa bulan dan akan berendam diri terutama perutnya di air atau kondisi rawa hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

III.          TEKNIK PENANGKARAN

3.1         Karakter Ular Sanca Batik (Python reticulatus)
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) sangat tidak dianjurkan untuk massyarakat yang baru memulai memelihara reptil dikarenakan ukuran yang besar dan panjang sehingga tidak dianjurkan untuk pemelihara pemula melainkan harus didampingi atau memiliki tenaga teknis yang telah berpengalaman karena tingkat agresifitas dan nafsu makannya cukup tinggi. Jika terdapat Ular Sanca Batik (Python reticulatus) yang jinak tentunya karena sudah melalui proses penjinakan dan interaksi yang intens dengan manusia.

3.2         Kandang
Kandang seekor Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ukuran kecil membutuhkan tempat paling minim seukuran aquarium (40-80x30-60x20-40) centi meter atau lebih, sampai Ular Sanca Batik (Python reticulatus) mendapat tempat yang lebih besar. Dikarenakan ukuran yang besar, kandang harus dibuat dengan ukuran minimal PxLxT (90-160x80-100x60-80) centi meter, dan tidak disarankan untuk menggunakan kayu yang belum finishing dikarenakan lebih mudah cepat rusak yang berakibat fatal bagi pengelolaan penangkaran.

Temperatur yang cocok pada siang hari 85°-90° F, dengan tempat berjemur antara 90°-93° F, sedangkan temperature pada malam hari berkisar 75°-80° F.

Pemanas dan penerangan lampu ultra violet (UV) tidak diperlukan untuk
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) karena pencahayaan sekitar 10 sampai dengan 12 jam bisa menggunakan lampu pijar biasa.

Menggunakan lampu pijar sebagai pemanas atau keramik penghantar panas dapat juga di pakai sebagai penghangat, sedangkan pemanas dari batu santa tidak di anjurkan karena bisa overheat dan membuat ular terluka.

Alas untuk Indoor atau Outdoor dianjurkan menggunakan carpet model Atroturf TM karena mudah dibersihkan dan anti bakteri, selain itu yang paling mudah adalah Koran. Sedangkan mengunakan alas yang mgandung Cedar sangat tidak dianjurkan karena Cedar mengandung racun yang bisa membunuh ular.
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) yang habitat aslinya adalah di hutan hujan tropis, sehingga memerlukan kelembaban yang sesuai. Jika terlalu lembab dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri maupun jamur demikian halnya apabila terlalu rendah kelembabannya menyebabkan terjadinya masalah dalam pergantian kulit. Di dalam kandang juga bisa disediakan air untuk menjaga kelembaban, tetapi harus diperhatikan bila pada malam hari harus di keluarkan dari kandang karena akan meningkatkan kelembaban.

Kebersihan kandang harus menjadi perhatian khusus, karena kebersihan kandang akan mendukung keberhasilan penangkaran itu sendiri maupun kesehatan lingkungan sekitar dan menghindari protes (claim) masyarakat setempat. Kandang harus dibersihkan setiap hari, apa bila menggunakan indoor/outdoor carpet sangat disarankan mempunyai dua untuk dipakai bergantian, pastikan telah mencuci dan mengeringkan carpet sebelum di pakai lagi. Air yang di dalam kandang harus diganti setip hari guna menghindari bakteri yang mungkin masuk bersama kotoran ular, serta selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang ular.

3.3         Contoh Desain Kandang
Seperti penjelasan sebelumnya di atas bahwa kandang seekor Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ukuran kecil (baby) dan sedang (medium) membutuhkan tempat paling minim dengan ukuran PxLxT (40-80x30-60x20-40) centi meter atau lebih, sampai Ular Sanca Batik (Python reticulatus) mendapat tempat yang lebih besar. Dikarenakan ukuran ular akan semakin bertambah besar, kandang harus dibuat dengan ukuran minimal untuk 1 (satu) pasang dewasa yaitu 1 (satu) ekor jantan dan 1 (satu) ekor betina atau juga dibuat untuk 1 (satu) ekor jantan dan 2 (dua) ekor betina dengan ukuran PxLxT (90-200x80-120x60-100) centi meter dan berikut adalah beberapa contoh desain kandang untuk Ular Sanca Batik (Python reticulatus) sebagaimana pada gambar 1, 2 dan 3.

Gambar 1. : Contoh Desain Kandang

Gambar 1. Contoh Desain Kandang

Gambar 2. Contoh Desain dan Ukuran Kandang























Gambar 3. Contoh desain dan model kandang
3.4         Analisis Biaya
Biaya produksi yang diperlukan untuk usaha penangkaran Ular Sanca Batik (Python reticulatus) meliputi antara lain sewa lahan atau bangunan rumah, pembelian atau pembuatan kotak/box atau kandang, pembelian indukan, biaya pakan, dan sebagainya sebagaimana tersaji pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis Biaya
No.
Jenis Kegiatan
Banyaknya
Biaya (Rp)
Pengeluaran
Penerimaan
Satuan
Jumlah
Satuan
 Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
A.
Biaya Produksi 
1
Bangunan Rumah Kandang
1
Unit
(100
m2)

    6,000,000


2
Pembelian / pembuatan
kotak kandang
16
unit
  100,000
    1,600,000


3
Pembelian bibit / indukan
40
ekor
    50,000
    2,000,000


4
Pembelian alat kebersihan
dan obat-obatan
4
paket
  250,000
    1,000,000


5
Biaya pakan
40
ekor
    10,000
       400,000


B.
Pemanenan
1
Perkiraan hasil anakan
dari setiap induk
20
ekor


             -
                  -
2
Jumlah anakan yang
dihasilkan dari 32 ekor
indukan betina
640
ekor


  100,000
  64,000,000









Jumlah :



  11,000,000

    64,000,000

Selisih
(Keuntungan) :
53,000,000














3.5         Peluang Pasar
Banyaknya industri kerajinan yang berbahan baku kulit dan salah satunya adalah kulit Ular Sanca Batik (Python reticulatus) untuk kerajinan tas, dompet, ikat pinggang dan cinderamata atau pun untuk koleksi dan atraksi / peragaan dalam berbagai acara atau peristiwa (event) baik di tingkat nasional maupun internasional, maka peluang pasar untuk Ular Sanca Batik (Python reticulatus) sangat besar dan menjanjikan. Selain permintaan pasar dalam bentuk kulit, Ular Sanca Batik (Python reticulatus) seringkali diekspor dalam bentuk hidup (pet) yang dilakukan oleh pelaku usaha atau perusahaan eksportir tumbuhan dan satwa liar termasuk dalam hal ini satwa liar jenis Ular Sanca Batik (Python reticulatus).

IV.          KESIMPULAN DAN SARAN

4.1         Kesimpulan

Banyaknya kebutuhan industri kerajinan yang berbahan baku dari kulit Ular Sanca Batik  (Python reticulatus), membuat keberadaan satwa tersebut terancam kelestariannya, sehingga diperlukan langkah-langkah yang bijak dalam memanfaatkannya dan salah satu caranya adalah melalui penangkaran untuk mengurangi ketergantungan pemanfaatan satwa tersebut dari alam.

 

Untuk mewujudkan upaya penangkaran Ular Sanca Batik (Python reticulatus), diperlukan ketersediaan panduan informasi dan pengetahuan tentang teknik penangkaran yang tepat agar pengelolannya dapat berhasil dengan baik dan memenuhi harapan yakni pemanfaatan khusunya yang bersifat komersial dapat berasal dari hasil penangkaran bukan dari alam agar terwujudnya pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan.

4.2         Saran
Pemerintah dalam hal ini kementerian kehutanan khususnya balai besar/balai konservasi sumber daya alam perlu melakukan upaya untuk menyediakan informasi yang lebih banyak dan terbaru tentang konservasi keanekaragaman hayati secara umum khususnya satwa liar yang mudah untuk ditangkarkan guna memenuhi kebutuhan pengetahuan konservasi bagi masyarakat sehingga masyarakat yang memiliki kemauan untuk berperan serta dalam kegiatan konservasi tidak memiliki keraguan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Cara Beternak Ular Sanca Kembang. http://yusufsila.binatang.blogspot.com/... Deikases tanggal 3 Maret 2012.
Anonim. 2012. Upaya Penangkaran Ular Sanca Batik. http://www.google.co.id/search?=in&gl=id&client=ms-android-samsung&source=android-louncher-widget&action=devloc&q Diakses tanggal 3 Maret 2012.
Mertanus. 2012. Perawatan Ular Peliharaan. Mertanus.wordpress.com/... Diakses tanggal 4 Maret 2012.
Anonim. 2012. Ular Sanca Kembang. http://id.m.wikipedia.org/wiki/ular-wikipedia bahasa Indonesia, insiklopedia bebas. Diakses tanggal 4 Maret 2012.