I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ular Sanca
Kembang atau Sanca Batik adalah sejenis ular tak berbisa yang
berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter, lebih
panjang dari anakonda
(Eunectes) yang merupakan ular terbesar dan terpanjang di Amerika
Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca, ular sawah, sawah-n-etem (Simeulue), ular
petola (Ambon) dan dalam bahasa
Inggris reticulated python atau sering kali disingkat retics.
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) merupakan
salah satu satwa liar yang bermanfaat selain sebagai penyeimbang ekosistem,
juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat khusunya pelaku usaha untuk memenuhi
beberapa kebutuhan antara lain sebagai bahan baku tas, dompet, ikat pinggang dan
cinderamata ataupun untuk koleksi dan atraksi / peragaan dalam berbagai acara
atau peristiwa (event).
Dengan
demikian Ular Sanca Batik (Python reticulatus) banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah
dan bermutu baik, tercatat lebih dari 500.000 potong kulit (ekor) Ular Sanca
Batik (Python reticulatus) diperdagangkan
setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatera dan Kalimantan.
Jumlah
tersebut semuanya adalah hasil tangkapan dari alam dengan sistem kuota yang
direkomendasikan oleh LIPI yang kemudian dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan RI.
Meskipun system kuota yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan RI ata rekomendasi LIPI, lama kelamaan
tentunya akan sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam.
Catatan
dari penangkapan ular komersial di Sumatra mendapatkan bahwa sanca kembang yang
ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran
untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang).
Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif
(Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular Sancar Batik belum dilindungi
undang-undang namun CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam)
memasukkannya ke dalam Apendiks II.
Banyaknya kebutuhan yang menggunakan Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ini membuat
keberadaan satwa tersebut terancam kelestariannya, sehingga diperlukan
langkah-langkah yang bijak dalam memanfaatkannya dan salah satu caranya adalah
melalui penangkaran untuk mengurangi ketergantungan pemanfaatan satwa tersebut
dari alam.
Untuk mewujudkan upaya penangkaran Ular Sanca Batik (Python
reticulatus), diperlukan teknik yang tepat agar pengelolannya dapat
berhasil dengan baik dan memenuhi harapan yakni pemanfaatan khusunya yang
bersifat komersial dapat berasal dari hasil penangkaran bukan dari alam agar
terwujudnya pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan
gambaran mengenai teknik-teknik penangkaran ular sanca Batik (Python
reticulatus) agar dapat digunakan sebagai pengetahuan dasar atau acuan
dalam menangkarkan ular sanca Batik (Python reticulatus).
1.3
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan ini adalah terbatas pada
teknik-teknik yang diperlukan dalam penangkaran ular Sanca Batik (Python
reticulatus) untuk mendukung keberhasilan kegiatan penangkaran satwa
tersebut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ciri Fisik
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ini mudah
dikenali karena umumnya bertubuh besar, warnanya unik menyerupai batik yang
berkembang dan terutama keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah
dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih
dari 45 deret dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi
bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, khususnya Sumatera, Kalimantan
dan Semenanjung Malaya ada 5 (lima)
spesies yaitu 3 (tiga) spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular Sanca
Darah (Python curtus, Python brongersmai dan Python breitensteini).
Sedangkan dua spesies yang lainnya bertubuh relatif panjang, pejal berotot
yaitu Python molurus (Sanca Bodo) dan Python
reticulatus (Sanca Batik), di mana kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar,
termasuk Jawa.
Python
molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari Python reticulatus,
terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca
kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula,
jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di
sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala
dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan
kiri kepala secara simetris dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih
tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang.
Sisik-sisik
dorsal (punggung) tersusun dalam 70-80 deret, sisik-sisik ventral
(perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus, sisik subkaudal
(sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung
moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas)
terdepan memiliki lubang sensorik panas (heat sensor pits) yang dalam
(Tweedie 1983).
2.2
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
|
:
|
|
Filum
|
:
|
|
Kelas
|
:
|
|
Ordo
|
:
|
|
Upaordo
|
:
|
|
Famili
|
:
|
|
Genus
|
:
|
|
Spesies
|
:
|
|
|
|
Nama daerah dari jenis ular ini bermacam-macam
antara lain ular sawah, ular rawa, sanca batik dan sanca kembang.
Sanca kembang memiliki tiga subspesies.
Selain P.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah P.r.
jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan P.r. saputrai yang
menyebar terbatas di Kepulauan Selayar dan kedua-duanya di lepas pantai selatan
Sulawesi Selatan.
2.3
Biologi dan Sebarannya
Ular Sanca Batik (Python reticulatus)
termasuk ular yang terbesar dan terpanjang di dunia. The Guinness Book of
World Records tahun 1991 mencatat sanca kembang memiliki panjang 32 kaki
9.5 inci (sekitar 10 meter) sebagai ular yang terpanjang (Murphy and Henderson
1997), namun yang umum dijumpai adalah ular-ular yang berukuran 5-8 meter, sedangkan
berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg. Ular sanca termasuk ular yang
berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun.
Ular Sanca Batik betina memiliki sepasang ovarium dan oviduk sebagai
saluran reproduksinya. Pada ular sanca jantan memiliki sepasang testes, tubuli
seminiferi sebagai saluran reproduksinya dan sepasang hemipenis sebagai alat
kopulasinya. Sedangkan kloaka, merupakan pintu dari tiga saluran yaitu pencernaan,
eksresi dan reproduksi. Musim kawin berlangsung
antara bulan September hingga Maret dan proses perkawinan pada ular
sanca batik dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode yaitu pengamatan ukuran
spurs, ketebalan ekor dan dengan probing.
Berkurangnya panjang siang hari dan
menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin,
namun demikian, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.
Sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara
September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan
April-Mei (Shine et al. 1999).
Dewasa kelamin pada ular sanca pada umur antara 2-4 tahun dengan panjang
tubuh pada jantan 2,0-2,5 meter pada jantan dan 3,0 meter pada betina. Ular jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, bahkan
ular betina akan melanjutkan puasa hingga bertelur dan sangat mungkin juga
hingga telur menetas (McCurley 1999).
Perilaku gelisah dan menolak makan merupakan gambaran ular betina yang
sedang berahi atau siap kawin. Adapun fase perilaku kawin pada ular antara lain
yaitu fase pengejaran, fase pencarian ekor, fase penjajaran dan fase intromisi.
Ular sanca bunting selama 4,5 bulan dan selama masa kebuntingan, induk ular
akan mencari lokasi sarang yang cocok dan optimal untuk perkembangan
telur-telurnya.
Jumlah telur Ular Sanca Batik sekali
bertelur antara 10 hingga 100 butir, telur-telur ini dierami pada suhu 88-90 °F
(31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular sanca betina
akan melingkari telur-telurnya sambil berkontraksi. Gerakan otot ini
menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas
suhu lingkungan. Ylar sanca betina akan menjaga telur-telurnya dari pemangsa
hingga menetas, namun begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan
nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia
Tenggara mulai dari Kepulauan Nikobar, Burma hingga ke Indochina, ke selatan
melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara
(hingga Timor), Sulawesi dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson
1997).
2.4
Habitat dan Makanan
Ular Sanca Batik atau Sanca Kembang hidup
di hutan-hutan tropis yang lembab (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada
ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti
sungai, kolam, sawah dan rawa.
Ular Sanca Batik sering dijumpai masuk ke dalam rumah atau pekarangan
warga karena habitat ular ini termasuk sangat felksibel. Ular Sanca Batik bisa
hidup di dalam hutan hujan yang rimbun, semak belukar, padang rumput dan bahkan gorong-gorong saluran
air dekat pemukiman manusia dan seringkali ditemukan dekat sumber air. Pada
dasarnya Ular Sanca Batik menyukai tempat yang hangat namun memiliki tingkat
kelembaban tinggi, oleh karena itu Ular Sanca Batik seringkali masuk ke rumah
manusia karena banyak tempat yang disenangi.
Ular Sanca Batik (Python
reticulatus) termasuk pemakan segala
yakni mulai dari tikus, kelinci, marmut, ayam, bahkan daging sapi pun bisa jadi
menu makannya. Makanan Ular Sanca Batik pada
ukuran normal utamanya adalah mamalia kecil seperti tikus, reptilia lainnya
seperti biawak, kodok, kadal dan ikan serta jenis burung. Sedangkan ular-ular
berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan
manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and
Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu dari pada
aktif berburu, kemungkinan karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan
banyak energi.
Penanganan pakan di penangkaran
terutama untuk Ular Sanca Batik (Python reticulatus) yang masih kecil (baby)
bisa langsung diberi makan tikus mencit yang masih muda (jumper), namun jangan
terlalu banyak memberikan makan ketika masih kecil (baby), sebab dikhawatirkan
akan muntah. Pemberian pakan dalam intensitas sering dan kuantitas yang banyak
hanya akan membuat Ular Sanca Batik (Python reticulatus) menjadi cepat
besar. Pakan untuk Sanca Batik (Python reticulatus) yang besar di atas
satu meter bisa diberikan rat atau marmot, sedangkan untuk Sanca Batik (Python
reticulatus) yang sudah masuk ukuran 3 meter ke atas berikan pakan berupa
ayam atau kelinci.
Ular Sanca Batik atau hampir semua ular, saat makan tidak dikunyah
dengan gigi melainkan ditelan seutuhnya sehingga gigi di mulut ular tidak
memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya
agar tidak mudah terlepas, kemudian mangsa
dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati
kehabisan nafas, beberapa tulang di lingkar dada dan pinggul dari satwa mangsa
akan patah, kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari
kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan
mangsa yang besar, ular ini akan bertahan tidak makan untuk beberapa hari
hingga beberapa bulan dan akan berendam diri terutama perutnya di air atau
kondisi rawa hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s
Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia
normal kembali (Murphy and Henderson 1997).
III.
TEKNIK PENANGKARAN
3.1
Karakter Ular Sanca Batik (Python reticulatus)
Ular
Sanca Batik (Python reticulatus) sangat tidak dianjurkan untuk massyarakat
yang baru memulai memelihara reptil dikarenakan
ukuran yang besar dan panjang sehingga tidak dianjurkan untuk pemelihara pemula
melainkan harus didampingi atau memiliki tenaga teknis yang telah berpengalaman
karena tingkat agresifitas dan nafsu makannya cukup tinggi. Jika terdapat
Ular Sanca Batik (Python reticulatus) yang jinak tentunya karena
sudah melalui proses penjinakan dan interaksi yang intens dengan manusia.
3.2
Kandang
Kandang seekor Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ukuran kecil membutuhkan tempat paling minim seukuran
aquarium (40-80x30-60x20-40) centi meter atau lebih, sampai Ular Sanca
Batik (Python reticulatus) mendapat tempat
yang lebih besar. Dikarenakan ukuran yang besar, kandang harus dibuat
dengan ukuran minimal PxLxT (90-160x80-100x60-80) centi meter, dan tidak
disarankan untuk menggunakan kayu yang belum finishing dikarenakan lebih mudah
cepat rusak yang berakibat fatal bagi pengelolaan penangkaran.
Temperatur
yang cocok pada siang hari 85°-90° F, dengan tempat berjemur antara 90°-93° F,
sedangkan temperature pada malam hari berkisar 75°-80° F.
Pemanas dan penerangan lampu ultra violet (UV)
tidak diperlukan untuk Ular Sanca
Batik (Python reticulatus) karena pencahayaan
sekitar 10 sampai dengan 12 jam bisa menggunakan lampu pijar biasa.
Menggunakan
lampu pijar sebagai pemanas atau keramik penghantar panas dapat juga di pakai
sebagai penghangat, sedangkan pemanas dari batu santa tidak di anjurkan karena
bisa overheat dan membuat ular terluka.
Alas untuk Indoor atau Outdoor dianjurkan
menggunakan carpet model Atroturf TM karena mudah dibersihkan dan anti
bakteri, selain itu yang paling mudah adalah Koran. Sedangkan mengunakan alas
yang mgandung Cedar sangat tidak dianjurkan karena Cedar mengandung racun yang
bisa membunuh ular.
Ular
Sanca Batik (Python reticulatus) yang habitat aslinya adalah di hutan hujan tropis, sehingga memerlukan kelembaban
yang sesuai. Jika terlalu lembab dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri maupun
jamur demikian halnya apabila terlalu rendah kelembabannya menyebabkan
terjadinya masalah dalam pergantian kulit. Di dalam kandang juga bisa
disediakan air untuk menjaga kelembaban, tetapi harus diperhatikan bila pada malam
hari harus di keluarkan dari kandang karena akan meningkatkan kelembaban.
Kebersihan kandang harus menjadi perhatian khusus,
karena kebersihan kandang akan mendukung keberhasilan penangkaran itu sendiri maupun
kesehatan lingkungan sekitar dan menghindari protes (claim) masyarakat
setempat. Kandang harus dibersihkan setiap hari, apa bila menggunakan
indoor/outdoor carpet sangat disarankan mempunyai dua untuk dipakai bergantian,
pastikan telah mencuci dan mengeringkan carpet sebelum di pakai lagi. Air yang
di dalam kandang harus diganti setip hari guna menghindari bakteri yang mungkin
masuk bersama kotoran ular, serta selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang ular.
3.3
Contoh Desain Kandang
Seperti
penjelasan sebelumnya di atas bahwa kandang seekor Ular Sanca Batik (Python reticulatus) ukuran kecil (baby) dan sedang (medium)
membutuhkan tempat paling minim dengan ukuran PxLxT (40-80x30-60x20-40) centi
meter atau lebih, sampai Ular Sanca
Batik (Python reticulatus) mendapat
tempat yang lebih besar. Dikarenakan ukuran ular akan semakin bertambah besar,
kandang harus dibuat dengan ukuran minimal untuk 1 (satu) pasang dewasa yaitu 1
(satu) ekor jantan dan 1 (satu) ekor betina atau juga dibuat untuk 1 (satu) ekor
jantan dan 2 (dua) ekor betina dengan ukuran PxLxT (90-200x80-120x60-100) centi
meter dan berikut adalah beberapa contoh desain kandang untuk Ular Sanca Batik (Python reticulatus) sebagaimana pada
gambar 1, 2 dan 3.
Gambar 1. : Contoh Desain
Kandang
|
Gambar 1. Contoh Desain Kandang |
|
Gambar 2. Contoh Desain dan Ukuran Kandang |
|
Gambar 3. Contoh desain dan model kandang |
3.4
Analisis Biaya
Biaya produksi yang diperlukan untuk usaha penangkaran Ular Sanca Batik (Python reticulatus) meliputi
antara lain sewa lahan atau bangunan rumah, pembelian atau pembuatan kotak/box atau
kandang, pembelian indukan, biaya pakan, dan sebagainya sebagaimana tersaji
pada tabel 1.
Tabel
1. Analisis Biaya
No.
|
Jenis
Kegiatan
|
Banyaknya
|
Biaya
(Rp)
|
Pengeluaran
|
Penerimaan
|
Satuan
|
Jumlah
|
Satuan
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
A.
|
Biaya Produksi
|
1
|
Bangunan Rumah Kandang
|
1
|
Unit
(100
m2)
|
|
6,000,000
|
|
|
2
|
Pembelian / pembuatan
kotak kandang
|
16
|
unit
|
100,000
|
1,600,000
|
|
|
3
|
Pembelian bibit / indukan
|
40
|
ekor
|
50,000
|
2,000,000
|
|
|
4
|
Pembelian alat kebersihan
dan obat-obatan
|
4
|
paket
|
250,000
|
1,000,000
|
|
|
5
|
Biaya pakan
|
40
|
ekor
|
10,000
|
400,000
|
|
|
B.
|
Pemanenan
|
1
|
Perkiraan hasil anakan
dari setiap induk
|
20
|
ekor
|
|
|
-
|
-
|
2
|
Jumlah anakan yang
dihasilkan dari 32 ekor
indukan betina
|
640
|
ekor
|
|
|
100,000
|
64,000,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah :
|
|
|
|
11,000,000
|
|
64,000,000
|
|
Selisih
(Keuntungan) :
|
53,000,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.5
Peluang Pasar
Banyaknya industri kerajinan yang berbahan baku kulit dan salah satunya
adalah kulit Ular Sanca Batik (Python
reticulatus) untuk kerajinan tas, dompet, ikat pinggang dan cinderamata
atau pun untuk koleksi dan atraksi / peragaan dalam berbagai acara atau
peristiwa (event) baik di tingkat nasional maupun internasional, maka peluang
pasar untuk Ular Sanca Batik (Python reticulatus) sangat besar dan
menjanjikan. Selain permintaan pasar dalam bentuk kulit, Ular Sanca Batik (Python
reticulatus) seringkali diekspor dalam bentuk hidup (pet) yang dilakukan
oleh pelaku usaha atau perusahaan eksportir tumbuhan dan satwa liar termasuk
dalam hal ini satwa liar jenis Ular Sanca Batik (Python reticulatus).
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Banyaknya kebutuhan industri kerajinan
yang berbahan baku dari kulit Ular Sanca Batik
(Python reticulatus), membuat keberadaan satwa tersebut terancam
kelestariannya, sehingga diperlukan langkah-langkah yang bijak dalam
memanfaatkannya dan salah satu caranya adalah melalui penangkaran untuk
mengurangi ketergantungan pemanfaatan satwa tersebut dari alam.
Untuk mewujudkan upaya penangkaran Ular Sanca Batik (Python
reticulatus), diperlukan ketersediaan panduan informasi dan pengetahuan
tentang teknik penangkaran yang tepat agar pengelolannya dapat berhasil dengan
baik dan memenuhi harapan yakni pemanfaatan khusunya yang bersifat komersial
dapat berasal dari hasil penangkaran bukan dari alam agar terwujudnya
pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan.
4.2
Saran
Pemerintah dalam hal ini kementerian kehutanan khususnya balai besar/balai
konservasi sumber daya alam perlu melakukan upaya untuk menyediakan informasi
yang lebih banyak dan terbaru tentang konservasi keanekaragaman hayati secara
umum khususnya satwa liar yang mudah untuk ditangkarkan guna memenuhi kebutuhan
pengetahuan konservasi bagi masyarakat sehingga masyarakat yang memiliki
kemauan untuk berperan serta dalam kegiatan konservasi tidak memiliki keraguan.
DAFTAR PUSTAKA
Mertanus. 2012. Perawatan Ular Peliharaan.
Mertanus.wordpress.com/... Diakses tanggal 4 Maret 2012.