Latar Belakang
Rusa di Indonesia secara umum ada 3 (tiga) jenis yaitu Rusa Sambar (Cervus
unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Rusa Bawean (Axis
kuhlii). Namun demikian ada satu jenis lain yang juga rusa asli Indonesia yaitu
Kijang (Muntiacus muntjak). Dari dari semua jenis itu semuanya merupakan
satwa liar yang dilindungi berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor : 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Penetapan Rusa sebagai satwa liar yang
dilindungi didasari oleh beberapa hal antara lain populasi rusa di alam semakin
menurun akibat perburuan dan perdagangan liar, rusaknya habitat rusa di alam
akibat perladangan, pembalakan liar (ilegal logging), kebakaran hutan,
penyerobotan lahan kawasan hutan.
Dilindunginya satwa jenis rusa ini dimaksudkan agar satwa tersebut tetap
terjaga kelestariannya untuk pemanfaatan yang berkelanjutan dan salah satu upaya
untuk mewujudkan kelestariannya adalah melalui penangkaran. Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui
pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap
mempertahankan kemurnia jenisnya dengan tujuan penangkaran itu sendiri adalah
untuk mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu,
kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan
pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi di alam
serta mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa
pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan
penangkaran adalah benar-benar dari kegiatan penangkaran.
Berawal dari beberapa amanat peraturan perundang-undangan tersebut di
atas maka Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dalam hal ini UPTD Tahura Wan Abdul
Rahman berkolaborasi dengan beberapa instansi terkait (Balai KSDA Lampung dan
Universitas Lampung/UNILA) berusaha untuk melakukan penangkaran Rusa di lokasi
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman, Bandar Lampung.
Untuk mewujudkan rencana
penangkaran Rusa di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman, perlu ada persiapan-persiapan
baik teknis maupun non teknis sehingga pada saat pelaksanaannya nanti bisa
mendapatkan hasil yang maksimal sesuai tujuan penangkaran, dan selanjutnya dari
tujuan penangkaran tersebut akan mendukung tujuan konservasi yaitu mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia.
Salah satu persiapan yang dilakukan dalam rangka kegiatan penangkaran
Rusa di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman adalah melakukan studi banding ke
beberapa tempat penangkaran Rusa antara lain Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa
Cariu, Taman Safari Indonesia Cisarua, Istana Bogor dan Kebun Binatang Ragunan untuk
mendapatkan pengetahuan, informasi dan pengalaman dalam penangkaran Rusa
sehingga menjadi bahan perbandingan untuk pengelolaan penangkaran Rusa yang
lebih baik.
Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan study banding adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, informasi dan pengalaman dalam hal penangkaran Rusa yang
meliputi antara lain model/desain kandang, perawatan kesehatan satwa, tenaga
kerja /penjaga satwa (animal keeper), jenis pakan utama, pakan tambahan,
mium, peralatan yang perlu dipersiapkan untuk penyimpanan pakan dan mium, keamanan
satwa dan lingkungan serta pemberdayaan masyarakat sekitar.
Waktu dan
Tempat Pelaksanaan
Kegiatan
dilaksanakan selama 5 (lima) hari yaitu dari tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan
3 Agustus 2012, bertempat di Jawa Barat (Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa
Cariu, Taman Safari Indonesia Cisarua, Istana Bogor) dan Jakarta (Kebun
Binatang Ragunan).
Petugas Pelaksana
Pelaksana kegiatan study banding yaitu :
1. Jamal M. Nasir, SE, MM /NIP. 19691117 199003 1 006
2. Ronald HP. Panjaitan, S. Hut / NIP. 19720626 199903 1 007
3. Sahriyo Tantalo YS, MP / NIP. 19610606 198603 1 004
4. Eni Marita / NIP. 19610308 198103 2 003
5. Saturnino Xavier / NIP. 19780817 200012 1 001
HASIL PELAKSANAAN
Tinjauan Lokasi Penangkaran di
Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa Cariu
Sejarah Singkat
Secara singkat, penangkaran Rusa di Cariu tepatnya
di Desa Buana Jaya, Kecamatan Pasir Tanjung, Kabupaten Bogor adalah milik Perum
Perhutani III Jawa Barat. Pengelolaannya dimulai sejak tahun 1992 dan dibuka
untuk masyarakat umum adalah pada tahun 2000 untuk memenuhi beberapa kebutuhan
masyarakat antara lain untuk wisata, pendidikan, penelitian sedangkan
pengelolaan untuk tujuan komersial dimulai pada tahun 1995 sampai dengan
sekarang.
Jumlah Rusa
Jumlah Rusa di tahun 1992 adalah 110 ekor (Agus
Supriyanto, pengelola / perawat), sedangkan pada tahun 2004 jumlahnya hanya
tinggal 71 ekor dengan perinciannya adalah 45 ekor Rusa Timor (Cervus
timorensis) terdiri dari 20 ekor betina dan 25 ekor jantan, 16 ekor Rusa
Bawean (Axis kuhlii) terdiri dari 15 ekor jantan dan 1 ekor betina serta
10 ekor Rusa Totol (Axis axis) terdiri dari 3 ekor betina dan 7 ekor
jantan. Sedangkan jumlah rusa keseluruhan saat ini adalah 66 ekor dengan
rincian 36 ekor Rusa Timor (Cervus timorensis) terdiri dari 18 ekor
betina dan 18 ekor jantan, 22 ekor Rusa Bawean (Axis kuhlii) terdiri
dari 16 ekor jantan dan 6 ekor betina serta 8 ekor Rusa Totol (Axis axis)
terdiri dari 7 ekor jantan dan 1 ekor jantan. Dari jumlah tersebut, untuk saat
ini belum terjadi over populasi sehingga jika ada permintaan masyarakat untuk
membeli, hibah atau tukar menukar tidak bisa dipenuhi dan permintaan baru akan
dipenuhi jika jumlah rusa tersebut mencapai di atas 71 ekor.
Pengelolaan
Dari ketiga jenis rusa tersebut semuanya dikelola
dalam satu areal / lahan seluas 5 ha terdiri dari 2 ha untuk kebun pakan yang
ditanami rumput makanan kesukaan rusa, sisanya 3 ha adalah areal pemeliharaan /
jelajah rusa yang dicampur jadi satu. Lahan seluas 5 ha itu dipagar keliling
dengan kawat setinggi 2,5 m sedangkan di dalam areal 3 ha dibangun 6 (enam)
unit kandang isolasi / jepit yang berfungsi untuk pemisahan jenis dan umur saat
memasuki musim kawin. Teknisnya kandang isolasi / jepit tersebut pada musim
kwain tiba, akan diisi rusa dengan umur siap kawin. Satu kandang dengan kandang
yang lainnya dibuatkan pintu kontrol yang berfungsi untuk mengatur / buka tutup
antara rusa jantan dengan betina saat akan melakukan aktivitas kawin. Kandang
tersebut akan terus dihuni oleh rusa betina yang telah bunting sampai dengan
melahirkan dan pembesaran anak hingga mencapai umur sapih atau anak rusa telah
siap untuk beradaptasi dengan lingkungan / survive. Selain itu kandang
isolasi tersebut juga akan memudahkan petugas untuk mengontrol, merawat,
mengawasi dan mengobati.
Perawatan
Dari ketiga jenis rusa yang ada di penangkaran
Cariu, jenis rusa yang cepat berkembangbiak adalah jenis Rusa Totol (Axis
axis), kemudian Rusa Timor (Cervus
timorensis) sedangkan untuk jenis Rusa Bawean (Axis kuhlii) lebih
sulit untuk berkembangbiak sehingga untuk
jenis Rusa Bawean (Axis kuhlii) sampai dengan saat ini belum bisa
dikomersialkan.
Pada prinsipnya rusa ini jika dikelola dengan baik,
makan minum selalu tersedia dan mencukupi, maka perkembangannya akan cepat
berhasil. Tenaga pengelola penangkaran Rusa di Cariu sudah mempunyai cara-cara
tersendiri untuk memberi makan kepada satwa agar tetap sehat dan cepat
berkembang termasuk cara untuk meningkatkan / mempercepat kesuburan reproduksi
rusa betina. Meskipun tenaga kerja yang sebenarnya adalah 3 (tiga) orang tetapi
yang khusus untuk menangani rusa (satwa) hanya 1 orang yaitu bapak Agus
Supriyanto sedangkan 2 (dua) orang lainnya hanya menangani hal-hal yang terkait
dengan wisata termasuk keamanan. Konsep keamanan yang dibuat oleh pengelola
penangkaran rusa Cariu adalah dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam
merasakan manfaat dari keberadaan penangkaran tersebut dalam hal penyediaan
pakan yaitu masyarakat diberi kesempatan untuk menjual rumput, ubi jalar,
dedak, kacang-kacangan kepada pihak pengelola sehinga masyarakat setempat turut
merasa memiliki terhadap penangkaran tersebut dan ada harapan terjadinya kerjasama
yang saling menguntungkan termasuk menjaga keamanan di lokasi penangkaran.
Jadwal makan rusa adalah 2 (dua) kali sehari yaitu
pagi dan sore dengan menu utamanya adalah rumput sedangkan menu tambahan
sekaligus sebagai rangsangan untuk menyuburkan reproduksi rusa betina adalah
berupa kacang-kacangan, ubi jalar dan dedak yang diberikan 2 (dua) hari sekali.
Sehabis makan, rusa-rusa ini tidak perlu khawatir untuk mencari minum karena di
dalam kandang sudah disediakan bak penampungan air minum berupa bak semen segi
empat yang dibuat di beberapa tempat sesuai kebutuhan. Model penangkaran Rusa
di Cariu adalah dengan sistem penggembalaan semi alami yaitu rusa dilepas
secara bebas di areal rumput seluas 3 ha namun tetap diberi makan secara
teratur. Sistem ini akan menghemat dari sisi tenaga kerja juga penyediaan pakan
serta daya tari wisatanya cukup bagus tetapi kelemahannya rusa akan sulit untuk
menentukan keberhasilan berdasarkan target juga sulit dikontrol secara
menyeluruh terkait keturunan-keturunannya.
Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di penangkaran Cariu selalu perhatikan
dan dilaporkan secara tertulis setiap bulan kepada unit manajemen Perum
Perhutani di Bandung. Peristiwa-peristiwa yang dilaporkan antara lain kondisi
kesehatan rusa, penambahan (lahir) pengurangan (mati), penjualan dan
sebagainya.
Setiap rusa yang lahir sudah diupayakan adanya
penandaan / tagging tetapi penandaan belum seluruhnya dilakukan
dikarenakan kesulitan untuk membedakan secara jelas dari rusa-rusa yang ada (kelemahan
sistem penangkaran semi alami). Begitupun halnya jika ada rusa yang akan
dijual selalu diliput dengan berita acara dari petugas Balai KSDA setempat kemudian
diterbitkan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri (SATS DN).
Tinjauan Lokasi Penangkaran di
Taman Safari Indonesia, Cisarua
Model Kandang
Kandang penangkaran rusa di TSI adalah berupa lahan
terbuka yang dipagar keliling dengan kawat beraliran listrik tegangan rendah berfungsi
untuk menghalau / membatasi ruang jelajah rusa sehingga rusa tersebut tidak keluar
dari areal atau kandangnya. Umumnya rusa di TSI hanya digunakan sebagai satwa
koleksi untuk tujuan wisata, pendidikan dan penelitian sehingga tidak ada kandang
isolasi untuk pemisahan/pengelompokan.
Pengelolaan dan Perawatan
Jenis rusa yang ada di TSI adalah Rusa Sambar (Cervus
unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa Bawean (Axis
kuhlii) dan Rusa Totol (Axis axis). Kandang dari ketiga jenis rusa
tersebut letaknya terpisah satu dengan yang lainnya dan ada perawat khusus yang
mengurus di setiap kandangnya mulai dari memberi makan berupa rumput aritan,
rumput king gress, ubi jalar, pisang, wortel. Sedangkan minum rusa sudah
disediakan di masing-masing kandang rusa bahkan untuk rusa sambar disediakan
kolam untuk berkubang karena rusa sambar sebagian besar aktivitasnya banyak di
air. Kesehatan rusa selalu dipantau setiap harinya oleh pengelola jika ada
tanda-tanda sakit pada rusa, tim medis / dokter hewan yang ada langsung
menangani secara serius.
Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di TSI baik itu bertambah
(melahirkan) maupun berkurang (mati) selau dilaporan secara tertulis kepada
pihak manajemen setiap bulannya oleh petugas pengelola. Laporan tersebut
sekaligus menjadi data untuk pelaporan pihak TSI ke kementerian kehutanan
terkait satwa koleksi yang ada di TSI. Penandaan / tagging terhadap
satwa rusa yang dipersyaratakan oleh peraturan perundang-undangan tentang
penangkaran, sampai dengan saat ini belum dilakukan oleh pihak pengelola dengan
alasan dari pihak pengelolan bahwa satwa yang ada di TSI umumnya hanya untuk
koleksi tidak untuk diperdagangkan.
Tinjauan Lokasi Penangkaran di
Istana Bogor
Model Kandang
Penangkaran rusa di Istana Bogor berupa taman yang
dipagar keliling setinggi 2,7-3 m menyatu dengan komplek istana kepersidenan. Di
dalamnya terdapat kandang jepit / isolasi untuk menggiring satwa saat akan
dilakukan penangkapan untuk memenuhi kebutuhan hibah atau pun untuk tujuan
kontrol kesehatan satwa itu sendiri.
Pengelolaan dan Perawatan
Jenis rusa yang ada di Istana Bogor adalah jenis
Rusa Totol (Axis axis) di mana pengelolaannya bersifat penggembalaan
semi alami yang dilepas liar di luasan lahan yang ada di komplek istana
sehingga rusa-rusa tersebut terlihat begitu liar meskipun terlihat jinak ketika
petugas pemberi makan mendekati. Makan rusa di Istana secara umum berupa rumput
taman yang ditanam dan diatur penggembalaannya (sistem rotasi). Selain rumput
yang ada di taman, makanan tambahan yang diberikan petugas setiap hari adalah
ubi jalar, wortel, dedak dan makanan khusus berupa tepung.
Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di Istana Bogor selau dilaporan
secara tertulis kepada pihak istana setiap bulannya oleh petugas pengelola. Pelaporan
antara lain meliputi penambahan / lahir maupun pengurangan terdiri dari rusa
yang mati dan yang dihibahkan ke pihak lain. Penandaan / tagging
terhadap satwa rusa yang dipersyaratakan oleh peraturan perundang-undangan
tentang penangkaran, sampai saat ini belum maksimal dilakukan oleh pihak
pengelola.
Tinjauan Lokasi Penangkaran di
Taman Marga Satwa Ragunan
Model Kandang
Model kandang penangkaran rusa di taman marga satwa
Ragunan adalah berupa kandang terkontrol yang dibuat untuk masing-masing jenis/spesies.
Satwa di taman marga satwa Ragunan terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu Rusa
Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa
Bawean (Axis kuhlii) dan Rusa Totol (Axis axis). Dari keempat
jenis rusa ini semuanya berada di kandang terkontrol yang dibuat dari pagar
besi (anyaman / ram besi) cukup kokh setinggi 2,7 m, terdapat tanaman / pohon peneduh
bagi rusa di dalam, tersedia bak untuk minum dan tempat makan rusa.
Pengelolaan dan Perawatan
Pengelolaan dan perawatan rusa di taman marga satwa
Ragunan cukup bagus yakni terdapat 2 (dua) orang keeper setiap kandang serta
dibantu oleh beberapa orang tenaga kurator khusus untuk menangani kesehatan
satwa berdasarkan petunjuk / saran dokter hewan. Pola makan rusa di taman marga
satwa Ragunan adalah 2 (dua) kali satu hari diberi makan berupa rumput sedangkan
makanan tambahn berupa dedak, pelet (galagzoo), daun, ubi, pisang
disuplai setiap 1 (satu) minggu sekali.
Dari pengelolaan ini rusa telah berhasil berkembangbiak
dan saat ini sudah mengalami over populasi sehingga pihak pengelola
bersedia untuk menghibahkan ke pihak penangkar lain jika ada permintaan yang
sesuai prosedur. Pihak pengelola menyampaikan informasi bahwa jika ada
penangkar lain yang menginginkan indukkan rusa dari taman marga satwa Ragunan
dipersilahkan mengajukan permohonan ke Pemda Provinsi DKI Jakarta untuk mendapatkan
persetujuan dari Gubernur. Setelah mendapatkan persetujuan dari Gubernur, secara
teknis pembindahan akan diserahkan kepada UPTD taman marga satwa Ragunan untuk
dikoordinasikan dengan instansi terkait termasuk dalam hal ini Balai KSDA DKI
Jakarta dan Balai KSDA tempat tujuan. Selanjutnya petugas teknis dari UPTD
taman marga satwa Ragunan akan melakukan survei /pengecekan langsung ke lokasi
calon penangkaran tentang kesiapannya sebelum dilakukan pemindahan /
translokasi dan jika memenuhi syarat, pemindahan / translokasi akan segera
dilakukan setelah mendapatkan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri
(SATS DN).
Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di taman marga satwa Ragunan
selau dilaporan secara berkala kepada Balai KSDA DKI Jakarta setiap bulannya
oleh petugas pengelola. Pelaporan antara lain meliputi penambahan / lahir
maupun pengurangan terdiri dari rusa yang mati dan yang dihibahkan ke pihak
lain. Penandaan / tagging terhadap satwa rusa yang dipersyaratakan oleh
peraturan perundang-undangan tentang penangkaran, sampai saat ini belum
maksimal dilakukan oleh pihak pengelola
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kunjungan tim
studi banding penangkaran rusa di 4 (empat) lokasi penangkaran di Cariu, Taman
Safari Indonesia, Istana Bogor dan Taman Marga Satwa Ragunan dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan rusa penangkaran dapat berbentuk semi alami (ranching)
yakni satwa dilepas pada habitat / kandang yang dibangun menyerupai alam (semi
alami) dengan makan utamanya terpenuhi dari rumput yang ada di dalam kandang sehingga
perawatan rumput di dalam kandang menjadi hal yang penting. Selain itu ada
makan tambahan yang diberikan secara teratur sesuai kebutuhan. Sedangkan penangkaran
dalam bentuk kandang terkontrol (Captive breeding) pakan rusa akan
disuplai setiap hari dengan jadwal makan pagi sore dan rumput yang ada dalam
kandang hanya sebagai tambahan.
Dari sistem pengelolaan
ini masing-masing memiliki kelebeihan dan kekurangan antara lain jika dengan
sistem semi alami, perawatan rumput dalam kandang harus menjadi perhatian utama
dengan pola rotasi tempat penggembalaan / buka tutup kandang untuk peremajaan rumput
dan tidak terlalu banyak membutuhkan tenaga kerja, rusa akan lambat atau sulit
menyesuaikan dengan lingkungan baru (liar) . Sedangkan dalam bentuk kandang
terkontrol, suplai makanan menjadi hal yang utama dan membutuhkan banyak tenaga
kerja, rusa akan mudah menyesuaikan dengan lingkungan baru (jinak).
Umumnya rusa akan cepat
berkembangbiak jika tidak terjadi kekurangan pakan / pakan tersedia setiap saat
sesuai kebutuhan.
Saran
Dari hasil kunjungan ini tim
studi banding penangkaran rusa menyarankan agar di dalam membuat suatu
penangkaran rusa harus memperhatikan hal-hal teknis mau pun non teknis sebagai
berikut :
1.
Tersedia lahan yang cukup, kandang dipagar keliling dengan bahan yang
kuat dan kokoh serta tinggi minimal 2,7 m (sebaiknya fondasi batu dan pagar
permanen berupa besi / kawat ram / anyaman).
2.
Tersedia tenaga kerja, tenaga medis, tenaga teknis yang berpengalaman di
bidang konservasi yang sesuai dan mencukupi serta memiliki kecintaan akan
satwa.
3.
Tersedia pakan dan minum yang sesuai dan pola makan yang teratur sesuai
kebutuhan.
Bandar Lampung, Agustus 2012
Bahan dan alat Tagging pada rusa di Cariu |
Populasi Rusa di Cariu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbagi informasi untuk konservasi