Minggu, 02 September 2012

STUDY BANDING PENANGKARAN RUSA



 Latar Belakang
Rusa di Indonesia secara umum ada 3 (tiga) jenis yaitu Rusa Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Rusa Bawean (Axis kuhlii). Namun demikian ada satu jenis lain yang juga rusa asli Indonesia yaitu Kijang (Muntiacus muntjak). Dari dari semua jenis itu semuanya merupakan satwa liar yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah  Nomor : 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.  Penetapan Rusa sebagai satwa liar yang dilindungi didasari oleh beberapa hal antara lain populasi rusa di alam semakin menurun akibat perburuan dan perdagangan liar, rusaknya habitat rusa di alam akibat perladangan, pembalakan liar (ilegal logging), kebakaran hutan, penyerobotan lahan kawasan hutan.

Dilindunginya satwa jenis rusa ini dimaksudkan agar satwa tersebut tetap terjaga kelestariannya untuk pemanfaatan yang berkelanjutan dan salah satu upaya untuk mewujudkan kelestariannya adalah melalui penangkaran.  Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnia jenisnya dengan tujuan penangkaran itu sendiri adalah untuk mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi di alam serta mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar dari kegiatan penangkaran.

Berawal dari beberapa amanat peraturan perundang-undangan tersebut di atas maka Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dalam hal ini UPTD Tahura Wan Abdul Rahman berkolaborasi dengan beberapa instansi terkait (Balai KSDA Lampung dan Universitas Lampung/UNILA) berusaha untuk melakukan penangkaran Rusa di lokasi Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman, Bandar Lampung.

Untuk mewujudkan rencana penangkaran Rusa di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman, perlu ada persiapan-persiapan baik teknis maupun non teknis sehingga pada saat pelaksanaannya nanti bisa mendapatkan hasil yang maksimal sesuai tujuan penangkaran, dan selanjutnya dari tujuan penangkaran tersebut akan mendukung tujuan konservasi yaitu mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Salah satu persiapan yang dilakukan dalam rangka kegiatan penangkaran Rusa di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman adalah melakukan studi banding ke beberapa tempat penangkaran Rusa antara lain Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa Cariu, Taman Safari Indonesia Cisarua, Istana Bogor dan Kebun Binatang Ragunan untuk mendapatkan pengetahuan, informasi dan pengalaman dalam penangkaran Rusa sehingga menjadi bahan perbandingan untuk pengelolaan penangkaran Rusa yang lebih baik.

Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan study banding adalah untuk mendapatkan pengetahuan, informasi dan pengalaman dalam hal penangkaran Rusa yang meliputi antara lain model/desain kandang, perawatan kesehatan satwa, tenaga kerja /penjaga satwa (animal keeper), jenis pakan utama, pakan tambahan, mium, peralatan yang perlu dipersiapkan untuk penyimpanan pakan dan mium, keamanan satwa dan lingkungan serta pemberdayaan masyarakat sekitar.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan selama 5 (lima) hari yaitu dari tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 3 Agustus 2012, bertempat di Jawa Barat (Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa Cariu, Taman Safari Indonesia Cisarua, Istana Bogor) dan Jakarta (Kebun Binatang Ragunan).
 
Petugas Pelaksana

Pelaksana kegiatan study banding yaitu :
1.       Jamal M. Nasir, SE, MM /NIP. 19691117 199003 1 006
2.       Ronald HP. Panjaitan, S. Hut / NIP. 19720626 199903 1 007
3.       Sahriyo Tantalo YS, MP / NIP. 19610606 198603 1 004
4.       Eni Marita / NIP. 19610308 198103 2 003
5.       Saturnino Xavier / NIP. 19780817 200012 1 001


HASIL PELAKSANAAN

Tinjauan Lokasi Penangkaran di Wana Wisata Taman Pendidikan Rusa Cariu

Sejarah Singkat
Secara singkat, penangkaran Rusa di Cariu tepatnya di Desa Buana Jaya, Kecamatan Pasir Tanjung, Kabupaten Bogor adalah milik Perum Perhutani III Jawa Barat. Pengelolaannya dimulai sejak tahun 1992 dan dibuka untuk masyarakat umum adalah pada tahun 2000 untuk memenuhi beberapa kebutuhan masyarakat antara lain untuk wisata, pendidikan, penelitian sedangkan pengelolaan untuk tujuan komersial dimulai pada tahun 1995 sampai dengan sekarang.

Jumlah Rusa
Jumlah Rusa di tahun 1992 adalah 110 ekor (Agus Supriyanto, pengelola / perawat), sedangkan pada tahun 2004 jumlahnya hanya tinggal 71 ekor dengan perinciannya adalah 45 ekor Rusa Timor (Cervus timorensis) terdiri dari 20 ekor betina dan 25 ekor jantan, 16 ekor Rusa Bawean (Axis kuhlii) terdiri dari 15 ekor jantan dan 1 ekor betina serta 10 ekor Rusa Totol (Axis axis) terdiri dari 3 ekor betina dan 7 ekor jantan. Sedangkan jumlah rusa keseluruhan saat ini adalah 66 ekor dengan rincian 36 ekor Rusa Timor (Cervus timorensis) terdiri dari 18 ekor betina dan 18 ekor jantan, 22 ekor Rusa Bawean (Axis kuhlii) terdiri dari 16 ekor jantan dan 6 ekor betina serta 8 ekor Rusa Totol (Axis axis) terdiri dari 7 ekor jantan dan 1 ekor jantan. Dari jumlah tersebut, untuk saat ini belum terjadi over populasi sehingga jika ada permintaan masyarakat untuk membeli, hibah atau tukar menukar tidak bisa dipenuhi dan permintaan baru akan dipenuhi jika jumlah rusa tersebut mencapai di atas 71 ekor.

Pengelolaan
Dari ketiga jenis rusa tersebut semuanya dikelola dalam satu areal / lahan seluas 5 ha terdiri dari 2 ha untuk kebun pakan yang ditanami rumput makanan kesukaan rusa, sisanya 3 ha adalah areal pemeliharaan / jelajah rusa yang dicampur jadi satu. Lahan seluas 5 ha itu dipagar keliling dengan kawat setinggi 2,5 m sedangkan di dalam areal 3 ha dibangun 6 (enam) unit kandang isolasi / jepit yang berfungsi untuk pemisahan jenis dan umur saat memasuki musim kawin. Teknisnya kandang isolasi / jepit tersebut pada musim kwain tiba, akan diisi rusa dengan umur siap kawin. Satu kandang dengan kandang yang lainnya dibuatkan pintu kontrol yang berfungsi untuk mengatur / buka tutup antara rusa jantan dengan betina saat akan melakukan aktivitas kawin. Kandang tersebut akan terus dihuni oleh rusa betina yang telah bunting sampai dengan melahirkan dan pembesaran anak hingga mencapai umur sapih atau anak rusa telah siap untuk beradaptasi dengan lingkungan / survive. Selain itu kandang isolasi tersebut juga akan memudahkan petugas untuk mengontrol, merawat, mengawasi dan mengobati.

Perawatan
Dari ketiga jenis rusa yang ada di penangkaran Cariu, jenis rusa yang cepat berkembangbiak adalah jenis Rusa Totol (Axis axis), kemudian  Rusa Timor (Cervus timorensis) sedangkan untuk jenis Rusa Bawean (Axis kuhlii) lebih sulit untuk berkembangbiak  sehingga untuk jenis Rusa Bawean (Axis kuhlii) sampai dengan saat ini belum bisa dikomersialkan.

Pada prinsipnya rusa ini jika dikelola dengan baik, makan minum selalu tersedia dan mencukupi, maka perkembangannya akan cepat berhasil. Tenaga pengelola penangkaran Rusa di Cariu sudah mempunyai cara-cara tersendiri untuk memberi makan kepada satwa agar tetap sehat dan cepat berkembang termasuk cara untuk meningkatkan / mempercepat kesuburan reproduksi rusa betina. Meskipun tenaga kerja yang sebenarnya adalah 3 (tiga) orang tetapi yang khusus untuk menangani rusa (satwa) hanya 1 orang yaitu bapak Agus Supriyanto sedangkan 2 (dua) orang lainnya hanya menangani hal-hal yang terkait dengan wisata termasuk keamanan. Konsep keamanan yang dibuat oleh pengelola penangkaran rusa Cariu adalah dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam merasakan manfaat dari keberadaan penangkaran tersebut dalam hal penyediaan pakan yaitu masyarakat diberi kesempatan untuk menjual rumput, ubi jalar, dedak, kacang-kacangan kepada pihak pengelola sehinga masyarakat setempat turut merasa memiliki terhadap penangkaran tersebut dan ada harapan terjadinya kerjasama yang saling menguntungkan termasuk menjaga keamanan di lokasi penangkaran.

Jadwal makan rusa adalah 2 (dua) kali sehari yaitu pagi dan sore dengan menu utamanya adalah rumput sedangkan menu tambahan sekaligus sebagai rangsangan untuk menyuburkan reproduksi rusa betina adalah berupa kacang-kacangan, ubi jalar dan dedak yang diberikan 2 (dua) hari sekali. Sehabis makan, rusa-rusa ini tidak perlu khawatir untuk mencari minum karena di dalam kandang sudah disediakan bak penampungan air minum berupa bak semen segi empat yang dibuat di beberapa tempat sesuai kebutuhan. Model penangkaran Rusa di Cariu adalah dengan sistem penggembalaan semi alami yaitu rusa dilepas secara bebas di areal rumput seluas 3 ha namun tetap diberi makan secara teratur. Sistem ini akan menghemat dari sisi tenaga kerja juga penyediaan pakan serta daya tari wisatanya cukup bagus tetapi kelemahannya rusa akan sulit untuk menentukan keberhasilan berdasarkan target juga sulit dikontrol secara menyeluruh terkait keturunan-keturunannya.

Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di penangkaran Cariu selalu perhatikan dan dilaporkan secara tertulis setiap bulan kepada unit manajemen Perum Perhutani di Bandung. Peristiwa-peristiwa yang dilaporkan antara lain kondisi kesehatan rusa, penambahan (lahir) pengurangan (mati), penjualan dan sebagainya.

Setiap rusa yang lahir sudah diupayakan adanya penandaan / tagging tetapi penandaan belum seluruhnya dilakukan dikarenakan kesulitan untuk membedakan secara jelas dari rusa-rusa yang ada (kelemahan sistem penangkaran semi alami). Begitupun halnya jika ada rusa yang akan dijual selalu diliput dengan berita acara dari petugas Balai KSDA setempat kemudian diterbitkan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri (SATS DN).

Tinjauan Lokasi Penangkaran di Taman Safari Indonesia, Cisarua

Model Kandang
Kandang penangkaran rusa di TSI adalah berupa lahan terbuka yang dipagar keliling dengan kawat beraliran listrik tegangan rendah berfungsi untuk menghalau / membatasi ruang jelajah rusa sehingga rusa tersebut tidak keluar dari areal atau kandangnya. Umumnya rusa di TSI hanya digunakan sebagai satwa koleksi untuk tujuan wisata, pendidikan dan penelitian sehingga tidak ada kandang isolasi untuk pemisahan/pengelompokan.

Pengelolaan dan Perawatan
Jenis rusa yang ada di TSI adalah Rusa Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa Bawean (Axis kuhlii) dan Rusa Totol (Axis axis). Kandang dari ketiga jenis rusa tersebut letaknya terpisah satu dengan yang lainnya dan ada perawat khusus yang mengurus di setiap kandangnya mulai dari memberi makan berupa rumput aritan, rumput king gress, ubi jalar, pisang, wortel. Sedangkan minum rusa sudah disediakan di masing-masing kandang rusa bahkan untuk rusa sambar disediakan kolam untuk berkubang karena rusa sambar sebagian besar aktivitasnya banyak di air. Kesehatan rusa selalu dipantau setiap harinya oleh pengelola jika ada tanda-tanda sakit pada rusa, tim medis / dokter hewan yang ada langsung menangani secara serius.

Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di TSI baik itu bertambah (melahirkan) maupun berkurang (mati) selau dilaporan secara tertulis kepada pihak manajemen setiap bulannya oleh petugas pengelola. Laporan tersebut sekaligus menjadi data untuk pelaporan pihak TSI ke kementerian kehutanan terkait satwa koleksi yang ada di TSI. Penandaan / tagging terhadap satwa rusa yang dipersyaratakan oleh peraturan perundang-undangan tentang penangkaran, sampai dengan saat ini belum dilakukan oleh pihak pengelola dengan alasan dari pihak pengelolan bahwa satwa yang ada di TSI umumnya hanya untuk koleksi tidak untuk diperdagangkan.

Tinjauan Lokasi Penangkaran di Istana Bogor

Model Kandang
Penangkaran rusa di Istana Bogor berupa taman yang dipagar keliling setinggi 2,7-3 m menyatu dengan komplek istana kepersidenan. Di dalamnya terdapat kandang jepit / isolasi untuk menggiring satwa saat akan dilakukan penangkapan untuk memenuhi kebutuhan hibah atau pun untuk tujuan kontrol kesehatan satwa itu sendiri.

Pengelolaan dan Perawatan
Jenis rusa yang ada di Istana Bogor adalah jenis Rusa Totol (Axis axis) di mana pengelolaannya bersifat penggembalaan semi alami yang dilepas liar di luasan lahan yang ada di komplek istana sehingga rusa-rusa tersebut terlihat begitu liar meskipun terlihat jinak ketika petugas pemberi makan mendekati. Makan rusa di Istana secara umum berupa rumput taman yang ditanam dan diatur penggembalaannya (sistem rotasi). Selain rumput yang ada di taman, makanan tambahan yang diberikan petugas setiap hari adalah ubi jalar, wortel, dedak dan makanan khusus berupa tepung.

Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di Istana Bogor selau dilaporan secara tertulis kepada pihak istana setiap bulannya oleh petugas pengelola. Pelaporan antara lain meliputi penambahan / lahir maupun pengurangan terdiri dari rusa yang mati dan yang dihibahkan ke pihak lain. Penandaan / tagging terhadap satwa rusa yang dipersyaratakan oleh peraturan perundang-undangan tentang penangkaran, sampai saat ini belum maksimal dilakukan oleh pihak pengelola.

Tinjauan Lokasi Penangkaran di Taman Marga Satwa Ragunan

Model Kandang
Model kandang penangkaran rusa di taman marga satwa Ragunan adalah berupa kandang terkontrol yang dibuat untuk masing-masing jenis/spesies. Satwa di taman marga satwa Ragunan terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu Rusa Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), Rusa Bawean (Axis kuhlii) dan Rusa Totol (Axis axis). Dari keempat jenis rusa ini semuanya berada di kandang terkontrol yang dibuat dari pagar besi (anyaman / ram besi) cukup kokh setinggi 2,7 m, terdapat tanaman / pohon peneduh bagi rusa di dalam, tersedia bak untuk minum dan tempat makan rusa.

Pengelolaan dan Perawatan
Pengelolaan dan perawatan rusa di taman marga satwa Ragunan cukup bagus yakni terdapat 2 (dua) orang keeper setiap kandang serta dibantu oleh beberapa orang tenaga kurator khusus untuk menangani kesehatan satwa berdasarkan petunjuk / saran dokter hewan. Pola makan rusa di taman marga satwa Ragunan adalah 2 (dua) kali satu hari diberi makan berupa rumput sedangkan makanan tambahn berupa dedak, pelet (galagzoo), daun, ubi, pisang disuplai setiap 1 (satu) minggu sekali.

Dari pengelolaan ini rusa telah berhasil berkembangbiak dan saat ini sudah mengalami over populasi sehingga pihak pengelola bersedia untuk menghibahkan ke pihak penangkar lain jika ada permintaan yang sesuai prosedur. Pihak pengelola menyampaikan informasi bahwa jika ada penangkar lain yang menginginkan indukkan rusa dari taman marga satwa Ragunan dipersilahkan mengajukan permohonan ke Pemda Provinsi DKI Jakarta untuk mendapatkan persetujuan dari Gubernur. Setelah mendapatkan persetujuan dari Gubernur, secara teknis pembindahan akan diserahkan kepada UPTD taman marga satwa Ragunan untuk dikoordinasikan dengan instansi terkait termasuk dalam hal ini Balai KSDA DKI Jakarta dan Balai KSDA tempat tujuan. Selanjutnya petugas teknis dari UPTD taman marga satwa Ragunan akan melakukan survei /pengecekan langsung ke lokasi calon penangkaran tentang kesiapannya sebelum dilakukan pemindahan / translokasi dan jika memenuhi syarat, pemindahan / translokasi akan segera dilakukan setelah mendapatkan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Dalam Negeri (SATS DN).

Manajemen Administrasi Satwa
Perkembangan rusa di taman marga satwa Ragunan selau dilaporan secara berkala kepada Balai KSDA DKI Jakarta setiap bulannya oleh petugas pengelola. Pelaporan antara lain meliputi penambahan / lahir maupun pengurangan terdiri dari rusa yang mati dan yang dihibahkan ke pihak lain. Penandaan / tagging terhadap satwa rusa yang dipersyaratakan oleh peraturan perundang-undangan tentang penangkaran, sampai saat ini belum maksimal dilakukan oleh pihak pengelola

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil kunjungan tim studi banding penangkaran rusa di 4 (empat) lokasi penangkaran di Cariu, Taman Safari Indonesia, Istana Bogor dan Taman Marga Satwa Ragunan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan rusa penangkaran dapat berbentuk semi alami (ranching) yakni satwa dilepas pada habitat / kandang yang dibangun menyerupai alam (semi alami) dengan makan utamanya terpenuhi dari rumput yang ada di dalam kandang sehingga perawatan rumput di dalam kandang menjadi hal yang penting. Selain itu ada makan tambahan yang diberikan secara teratur sesuai kebutuhan. Sedangkan penangkaran dalam bentuk kandang terkontrol (Captive breeding) pakan rusa akan disuplai setiap hari dengan jadwal makan pagi sore dan rumput yang ada dalam kandang hanya sebagai tambahan.

Dari sistem pengelolaan ini masing-masing memiliki kelebeihan dan kekurangan antara lain jika dengan sistem semi alami, perawatan rumput dalam kandang harus menjadi perhatian utama dengan pola rotasi tempat penggembalaan / buka tutup kandang untuk peremajaan rumput dan tidak terlalu banyak membutuhkan tenaga kerja, rusa akan lambat atau sulit menyesuaikan dengan lingkungan baru (liar) . Sedangkan dalam bentuk kandang terkontrol, suplai makanan menjadi hal yang utama dan membutuhkan banyak tenaga kerja, rusa akan mudah menyesuaikan dengan lingkungan baru (jinak).

Umumnya rusa akan cepat berkembangbiak jika tidak terjadi kekurangan pakan / pakan tersedia setiap saat sesuai kebutuhan.

Saran

Dari hasil kunjungan ini tim studi banding penangkaran rusa menyarankan agar di dalam membuat suatu penangkaran rusa harus memperhatikan hal-hal teknis mau pun non teknis sebagai berikut :
1.       Tersedia lahan yang cukup, kandang dipagar keliling dengan bahan yang kuat dan kokoh serta tinggi minimal 2,7 m (sebaiknya fondasi batu dan pagar permanen berupa besi / kawat ram / anyaman).
2.       Tersedia tenaga kerja, tenaga medis, tenaga teknis yang berpengalaman di bidang konservasi yang sesuai dan mencukupi serta memiliki kecintaan akan satwa.
3.       Tersedia pakan dan minum yang sesuai dan pola makan yang teratur sesuai kebutuhan.

Bandar Lampung,    Agustus 2012
Jembatan layang menuju lokasi penangkaran Cariu
Bahan dan alat Tagging pada rusa di Cariu
Populasi Rusa di Cariu
Produk dari Rusa berupa tanduk (ranggah) rusa jantan

Saat di shelter dalam kandang penangkaran Rusa di Cariu
Kunjungan di TSI
Populasi rusa di TSI
   
Kunjungan di Istana Bogor
Populasi Rusa Tutul di Istana Bogor

Populasi Rusa Tutul di Istana Bogor

Pakan Rusa di Istana Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbagi informasi untuk konservasi