Rabu, 29 Agustus 2012

PENYELAMATAN TUKIK YANG TERDAMPAR

BANDARLAMPUNG – Terdamparnya ratusan tukik (anak penyu) sisik (eretmochelys imbricata) di Pantai Teluk Harapan, Panjang Selatan, Bandarlampung, sejak Kamis (26/5) lalu langsung menuai perhatian dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung.
Sayang, BKSDA belum bisa berbuat banyak karena keterbatasan anggaran. Satuan kerja tersebut mengakui action yang bisa dilakukan saat ini hanya dengan meminta masyarakat untuk lebih peduli atas penyelamatan satwa langka yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Ekosistem Sumber Daya Alam Hayati itu.
Kepala BKSDA Lampung Supriyanto mengatakan, langkah pertama sebagai upaya penyelamatan satwa tersebut adalah berkoordinasi dengan Kelompok Nelayan Bahari Mandiri Teluk Harapan dan LSM Mitra Bentala.
’’Kami belum berani mendanai penangkaran satwa langka itu. Tetapi, kami sudah koordinasikan untuk mengupayakan perlindungan sementaranya,” terang dia kemarin (27/5).
    Supriyanto juga menyampaikan ucapan terima kasih atas kerja keras kelompok nelayan, termasuk Mitra Bentala, yang memiliki komitmen tinggi dalam penyelamatan jenis penyu yang terancam punah itu.
’’Sekali lagi terima kasih atas kepedulian dan informasi yang diberikan. Kami berupaya keras, walaupun kondisi BKSDA sulit untuk mem-back up sepenuhnya,” ujar dia.
Saat ini BKSDA hanya bisa berharap Pemprov Lampung, khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan, merespons cepat masalah ini. Begitu pula dengan Pemkot Bandarlampung, agar tidak hanya duduk manis melihat kondisi ini.
Dengan adanya sharing pengelolaan dan penyelamatan satwa langka ini, ke depan bermanfaat bagi pengembangan daerah itu sendiri. BKSDA berjanji secepatnya mengajukan anggaran ke pemerintah pusat sebagai upaya penyelamatan. Jika upaya ini direspons, paling tidak pada 2012 kawasan itu bisa dibangun tempat penangkaran yang bisa membantu mencegah kepunahan.      
’’Realisasinya mudah-mudahan pada 2012. Sekarang ini BKSDA berharap kondisi itu jangan sampai dibiarkan. Toh jika dikelola dengan baik, ini akan menjadi sumber potensi, pengelolaan ekowisata yang hasilnya bisa masuk pendapatan asli daerah seperti di Bali,” beber Supriyanto.
    Ditambahkannya, penyu sisik termasuk dalam famili cheloniidae. Hewan ini adalah satu-satunya spesies dalam genusnya. Spesies ini memiliki distribusi di seluruh dunia, dengan dua subspesies di Atlantik dan Pasifik. Eretmochelys imbricata adalah subspesies di Atlantik. Sedangkan eretmochelys bissa imbricata adalah subspesies di wilayah Indo-Pasifik.
’’Lampung harus bangga bahwa kawasan baharinya merupakan salah satu kawasan yang paling pas untuk pengembangan dan perlindungan penyu sisik,” kata dia.
Diketahui, ratusan ekor anak penyu sisik terdampar di Pantai Teluk Harapan. Sayang, hanya 25 ekor tukik yang mampu diselamatkan dan ditangkar pada tempat penangkaran sementara di Kelompok Nelayan Bahari Mandiri Teluk Harapan di Jalan Selat Malaka 3 No. 52, Panjang Selatan.
Buyung Ridwan, community organizer LSM Mitra Bentala untuk wilayah Panjang, mengatakan, ratusan ekor anak penyu sisik tersebut terbawa arus angin barat serta tumpukan sampah dari laut Teluk Lampung sehingga terdampar di kawasan eks lokalisasi itu.
’’Sebenarnya sudah terdampar sejak pekan lalu. Tetapi banyak dari tukik itu yang mati terkena limbah atau ditangkap kemudian dijual, sehingga sedikit yang berhasil diselamatkan,’’ jelas Buyung.
Ketua Kelompok Nelayan Bahari Mandiri Teluk Harapan Herman Nasir menambahkan, setiap tahun, terlebih di bulan Juni sampai Agustus, ratusan ekor anak penyu sisik terhanyut ke pantai tersebut. ’’Mereka terbawa arus. Mungkin asalnya dari sekitar Pulau Legundi, Pulau Tegal, atau pulau lainnya,” kata dia. (ful/c1/fik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbagi informasi untuk konservasi